Globalisasi bukanlah suatu fenomena yang terjadi begitu saja, namun
merupakan suatu proses yang panjang. Ekonomi dunia berkembang mulai dari
ekonomi subsistem di mana masyarakat memproduksi barang untuk
kebutuhannya sendiri, kemudian perekonomian tumbuh semakin terbuka
menjadi ekonomi kota, negara, bahkan menjadi ekonomi global.
Globalisasi ekonomi membuat proses produksi dan konsumsi barang dan jasa menjadi suatu kerja internasional yang melibatkan banyak negara. dalam memproduksi suatu barang, suatu negara memerlukan banyak sumberdaya yang diperoleh dari berbagai negara. Pertimbangan dalam mencari berbagai sumberdaya adalah pertimbangan ekonomis.Perusahaan akan mencari sumberdaya yang paling murah, sehingga wajar mereka mencari ongkos produksi yang murah di seluruh dunia.
Salah satu bentuk globalisasi ekonomi adalah tumbuhnya bisnis dalam skala global. Dewasa ini, perusahaan-perusahaan berskala multinasional yang memiliki jaringan bisnis global berkembang semakin banyak. Perusahaan multinasional tersebut melihat bahwa bisnis skala global memberikan kesempatan besar untuk berkembang dan juga memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada perusahaan yang hanya beroperasi pada skala domestik.
Pada sisi lain, globalisasi dapat dipandang sebagai ancaman bagi perekonomian suatu negara. Perusahaan-perusahaan multinasional tersebut dipandang memiliki daya saing yang lebih kuat dibandingkan perusahaan nasional. Perusahaan multinasional pada umumnya memiliki keunggulan sumberdaya manusia, teknologi,
dan modal yang sulit ditandingi oleh perusahaan lokal. Keadaan seperti ini dikhawatirkan dapat mematikan industri dalam negeri. Hal ini menimbulkan pra-kontra di antara para pelaku ekonomi.
Para pendukung globalisasi berpendapat bahwa dengan tidak adannya hambatan perdagangan internasional, akan memberikan kemakmuran bagi perekonomian dunia. Negara yang secara ekonomis tidak bisa memproduksi suatu barang dengan murah, tidak perlu memproduksi barang tersebut. Pada akhirnya konsumen dunia akan diuntungkan dengan adanya produk yang murah. Di sisi lain para penentang globalisasi beranggapan bahwa dengan adanya perdagangan bebas, dipandang akan mematikan perusahaan domestik. Banyaknya perusahaan lokal yang bangkrut akan menyebabkan jumlah pengangguran bertambah dan menurunya daya beli konsumen.. Pada titik ini globalisasi dipandang berdampak negatif.
Pada akhirnya, sudah tidak ada lagi negara yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri jika mengabaikan sektor luar negeri. Globalisasi dipandang suatu fakta yang tidak bisa dihindari oleh semua negara di dunia.
B. Bisnis dan Masyarakat
Bisnis di era sekarang tidak berada dalam kondisi yang vakum. Faktor ekonomi dan politik sangat berpengaruh terhadap bisnis. Dunia bisnis tidak bisa lepas dari permasalahan dan kontroversi sosial politik yang melingkupinya dan dunia bisnis juga tidak akan berkembang di negara yang penuh gejolak politik. Berbagai kekuatan tidak hanya berasa dari dalam negeri semata. Banyak kekuatan atau engaruh yang berasal dari luar, contoh inflasi nilai mata uang asing seperti ringgit dan bath yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Perubahan sosial politik, ekonomi, teknologi, semuanya memiliki dampak pada dunia bisnis.
Bagi organisasi bisnis, perubahan-perubahan lingkunagan ekonomi dan sosial dapat diartikan sebagai ancaman atau peluang. Fenomena tersebut akan menjadi ancaman apabila perusahaan tidak mampu mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut. Bisa dijadikan peluang apabila perusahaan dapat menyiapkan dirinya. Para manajer perlu memberikan perhatian dan membuat rencana secara hati-hati untuk menghadapi perubahan lingkungan.
C. Pendorong Globalisasi
1. Dorongan Pasar
Pasar dunia merupakan pasar yang sangat besar, banyak perusahaan berlomba untuk memperebutkannya. Perusahaan tersebut mengabaikan batas-batas negara dalam operasinya. Banyak anak perusahaan didirikan untuk ekspansi pasar. Upaya tersebut didukung dengan strategi pemasaran global, salah satunya dengan melakukan iklan global. Dengan iklan membuat produk yang diiklankan semakin dekat dengan konsumen, dan iklan membuat semakin kuatnya merek-merek yang mendunia seperti coca cola, toyota, sony, dan samsung di benak konsumen.
2. Dorongan biaya
Perusahaan yang beroperasi secara global lebih tertarik dengan faktor produksi yang memberikan ongkos paling murah. Penguasaan atas sumberdaya yang murah memungkinkan mereka tetap bersaing dalam pasar global. Perusahaan_perusahaan yang tergantung terhadap ketersediaan buruh yang murah, merelokasikan pabriknya ke negara-negara yang memiliki buruh yang murah, seperti Indonesia, Cina, Malaysia, Thailand dan Taiwan.
3. Dorongan Pemerintah
Dengan adanya perjanjian Interasional untuk melakukan liberalisasi perdagangan internasional, seperti GATT (General Agreement on Tariff and Trade), yang tahun 1994 berubah menjadi WTO (World Trade Organization) semakin memberikan fasilitas bagi globalisasi.Caranya dengan mengurangi hambatan-hambatan masuk pasar melalui pengurangan bea asuk (tariff) dan hambatan non-tariff. Pemerintah-pemerintah di dunia memiliki kepentingan untuk memajukan perekonomiannya dan berusaha mengikuti tren perdagangan bebas agar perekonomianya maju dan tidak terkucil.
4. Dorongan Pesaing
Persaingan bisnis global dari tahun ke tahun semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan beberapa perusahaan mencoba membentuk kerja sama demi mengalahkan pesaingnya, strategi tersebut dikenal dengan aliansi strategi. Misalnya, IBM dan Apple Computer bekerja sma untuk membuat komputer yang bisa menjalankan progam Macintosh. Dengan kombinasi antara teknologi dan ongkos produksi yang murah dapat menghasilkan produk yang kompetitif.
5. Dorongan Lain
Teknologi informasi yang canggih sangat potensial dimanfaatkan oleh perusahaan global dalam mengelola bisnisnya dangan lebih efektif dan efisien. Kemajuan teknologi sekarang ini membuat komunikasi antarwilayah menjadi lebih cepat, andal, mudah dan luas. Perangkat- perangkat komunikasi seperti PC, internet, fleksimile, hand-phone, satelit dan jaringan serat optik, memungkinkan kemudahan arus informasi antarbelahan bumi.
D. Faktor-faktor Globalisasi
1. Kedekatan (proximity)
Informasi dapat dikumpulkan dengan cepat dan real time dari penjuru dunia, dari pusat bisnis seperti Jakarta, Singapura, Hongkong, dan New York. para pelaku bisnis dapat bertemu mitra bisnisnya dibelahan bumi lain melalui teknologi internet.
2. Lokasi (location)
Para organisasi memilih tempat usaha di berbagai tempat di dunia, ini memungkinkan dengan adanya unit-unit yang terpisah dapat menciptakaan sinergi di antara unit-unit yang ada.
3. Sikap (attitude)
Globalisasi juga menyangkut sikap yang terbuka terhadap praktek manajemen secara internasional. Sikap ini mengkombinasikan kehati-hatian tentang dunia di luar negeri (asal) yang memiliki perbedaan dan kemauan untuk mengembangkan kemampuan untuk memasuki ekonomi gobal.
E. Sikap Manajer Internasional
1. Manajer Etnosentris (Etnocentric Manager)
Manajer tipe ini beranggapan bahwa, budaya dan perilaku pekerja yang dimiliki oleh negara asalnya selalu lebih baik dibandingkan dengan negara mitra. Perlakuan tersebut akan merugikan tenaga kerja mitra yang berakibat pada ketidakpuasan kerja.
2. Manajer Polycentris (Polycentric Manager)
Manajer ini beranggapan bahwa antara negara mitra dan negara asal memiliki budaya dan perilaku yang berbeda. Mereka beranggapan bahwa bisnis yang dijalankan di negara mitra lebih efektif dijalankan oleh manajer lokal yang lebih mengetahui kondisi lapangan.
3. Manajer Geosentris (Geocentric Manager)
Manajer tipe ini mempunyai anggapan jika budaya negara asal dan mitra berbeda, namun terdapat pula persamaan budaya dalam beberapa aspek. Teknik manajer yang diterapkan di negara mitra lebih efektif menggunakan teknik gabungan antara negara asal dan mitra.
Globalisasi ekonomi membuat proses produksi dan konsumsi barang dan jasa menjadi suatu kerja internasional yang melibatkan banyak negara. dalam memproduksi suatu barang, suatu negara memerlukan banyak sumberdaya yang diperoleh dari berbagai negara. Pertimbangan dalam mencari berbagai sumberdaya adalah pertimbangan ekonomis.Perusahaan akan mencari sumberdaya yang paling murah, sehingga wajar mereka mencari ongkos produksi yang murah di seluruh dunia.
Salah satu bentuk globalisasi ekonomi adalah tumbuhnya bisnis dalam skala global. Dewasa ini, perusahaan-perusahaan berskala multinasional yang memiliki jaringan bisnis global berkembang semakin banyak. Perusahaan multinasional tersebut melihat bahwa bisnis skala global memberikan kesempatan besar untuk berkembang dan juga memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada perusahaan yang hanya beroperasi pada skala domestik.
Pada sisi lain, globalisasi dapat dipandang sebagai ancaman bagi perekonomian suatu negara. Perusahaan-perusahaan multinasional tersebut dipandang memiliki daya saing yang lebih kuat dibandingkan perusahaan nasional. Perusahaan multinasional pada umumnya memiliki keunggulan sumberdaya manusia, teknologi,
dan modal yang sulit ditandingi oleh perusahaan lokal. Keadaan seperti ini dikhawatirkan dapat mematikan industri dalam negeri. Hal ini menimbulkan pra-kontra di antara para pelaku ekonomi.
Para pendukung globalisasi berpendapat bahwa dengan tidak adannya hambatan perdagangan internasional, akan memberikan kemakmuran bagi perekonomian dunia. Negara yang secara ekonomis tidak bisa memproduksi suatu barang dengan murah, tidak perlu memproduksi barang tersebut. Pada akhirnya konsumen dunia akan diuntungkan dengan adanya produk yang murah. Di sisi lain para penentang globalisasi beranggapan bahwa dengan adanya perdagangan bebas, dipandang akan mematikan perusahaan domestik. Banyaknya perusahaan lokal yang bangkrut akan menyebabkan jumlah pengangguran bertambah dan menurunya daya beli konsumen.. Pada titik ini globalisasi dipandang berdampak negatif.
Pada akhirnya, sudah tidak ada lagi negara yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri jika mengabaikan sektor luar negeri. Globalisasi dipandang suatu fakta yang tidak bisa dihindari oleh semua negara di dunia.
B. Bisnis dan Masyarakat
Bisnis di era sekarang tidak berada dalam kondisi yang vakum. Faktor ekonomi dan politik sangat berpengaruh terhadap bisnis. Dunia bisnis tidak bisa lepas dari permasalahan dan kontroversi sosial politik yang melingkupinya dan dunia bisnis juga tidak akan berkembang di negara yang penuh gejolak politik. Berbagai kekuatan tidak hanya berasa dari dalam negeri semata. Banyak kekuatan atau engaruh yang berasal dari luar, contoh inflasi nilai mata uang asing seperti ringgit dan bath yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Perubahan sosial politik, ekonomi, teknologi, semuanya memiliki dampak pada dunia bisnis.
Bagi organisasi bisnis, perubahan-perubahan lingkunagan ekonomi dan sosial dapat diartikan sebagai ancaman atau peluang. Fenomena tersebut akan menjadi ancaman apabila perusahaan tidak mampu mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut. Bisa dijadikan peluang apabila perusahaan dapat menyiapkan dirinya. Para manajer perlu memberikan perhatian dan membuat rencana secara hati-hati untuk menghadapi perubahan lingkungan.
C. Pendorong Globalisasi
1. Dorongan Pasar
Pasar dunia merupakan pasar yang sangat besar, banyak perusahaan berlomba untuk memperebutkannya. Perusahaan tersebut mengabaikan batas-batas negara dalam operasinya. Banyak anak perusahaan didirikan untuk ekspansi pasar. Upaya tersebut didukung dengan strategi pemasaran global, salah satunya dengan melakukan iklan global. Dengan iklan membuat produk yang diiklankan semakin dekat dengan konsumen, dan iklan membuat semakin kuatnya merek-merek yang mendunia seperti coca cola, toyota, sony, dan samsung di benak konsumen.
2. Dorongan biaya
Perusahaan yang beroperasi secara global lebih tertarik dengan faktor produksi yang memberikan ongkos paling murah. Penguasaan atas sumberdaya yang murah memungkinkan mereka tetap bersaing dalam pasar global. Perusahaan_perusahaan yang tergantung terhadap ketersediaan buruh yang murah, merelokasikan pabriknya ke negara-negara yang memiliki buruh yang murah, seperti Indonesia, Cina, Malaysia, Thailand dan Taiwan.
3. Dorongan Pemerintah
Dengan adanya perjanjian Interasional untuk melakukan liberalisasi perdagangan internasional, seperti GATT (General Agreement on Tariff and Trade), yang tahun 1994 berubah menjadi WTO (World Trade Organization) semakin memberikan fasilitas bagi globalisasi.Caranya dengan mengurangi hambatan-hambatan masuk pasar melalui pengurangan bea asuk (tariff) dan hambatan non-tariff. Pemerintah-pemerintah di dunia memiliki kepentingan untuk memajukan perekonomiannya dan berusaha mengikuti tren perdagangan bebas agar perekonomianya maju dan tidak terkucil.
4. Dorongan Pesaing
Persaingan bisnis global dari tahun ke tahun semakin ketat. Untuk memenangkan persaingan beberapa perusahaan mencoba membentuk kerja sama demi mengalahkan pesaingnya, strategi tersebut dikenal dengan aliansi strategi. Misalnya, IBM dan Apple Computer bekerja sma untuk membuat komputer yang bisa menjalankan progam Macintosh. Dengan kombinasi antara teknologi dan ongkos produksi yang murah dapat menghasilkan produk yang kompetitif.
5. Dorongan Lain
Teknologi informasi yang canggih sangat potensial dimanfaatkan oleh perusahaan global dalam mengelola bisnisnya dangan lebih efektif dan efisien. Kemajuan teknologi sekarang ini membuat komunikasi antarwilayah menjadi lebih cepat, andal, mudah dan luas. Perangkat- perangkat komunikasi seperti PC, internet, fleksimile, hand-phone, satelit dan jaringan serat optik, memungkinkan kemudahan arus informasi antarbelahan bumi.
D. Faktor-faktor Globalisasi
1. Kedekatan (proximity)
Informasi dapat dikumpulkan dengan cepat dan real time dari penjuru dunia, dari pusat bisnis seperti Jakarta, Singapura, Hongkong, dan New York. para pelaku bisnis dapat bertemu mitra bisnisnya dibelahan bumi lain melalui teknologi internet.
2. Lokasi (location)
Para organisasi memilih tempat usaha di berbagai tempat di dunia, ini memungkinkan dengan adanya unit-unit yang terpisah dapat menciptakaan sinergi di antara unit-unit yang ada.
3. Sikap (attitude)
Globalisasi juga menyangkut sikap yang terbuka terhadap praktek manajemen secara internasional. Sikap ini mengkombinasikan kehati-hatian tentang dunia di luar negeri (asal) yang memiliki perbedaan dan kemauan untuk mengembangkan kemampuan untuk memasuki ekonomi gobal.
E. Sikap Manajer Internasional
1. Manajer Etnosentris (Etnocentric Manager)
Manajer tipe ini beranggapan bahwa, budaya dan perilaku pekerja yang dimiliki oleh negara asalnya selalu lebih baik dibandingkan dengan negara mitra. Perlakuan tersebut akan merugikan tenaga kerja mitra yang berakibat pada ketidakpuasan kerja.
2. Manajer Polycentris (Polycentric Manager)
Manajer ini beranggapan bahwa antara negara mitra dan negara asal memiliki budaya dan perilaku yang berbeda. Mereka beranggapan bahwa bisnis yang dijalankan di negara mitra lebih efektif dijalankan oleh manajer lokal yang lebih mengetahui kondisi lapangan.
3. Manajer Geosentris (Geocentric Manager)
Manajer tipe ini mempunyai anggapan jika budaya negara asal dan mitra berbeda, namun terdapat pula persamaan budaya dalam beberapa aspek. Teknik manajer yang diterapkan di negara mitra lebih efektif menggunakan teknik gabungan antara negara asal dan mitra.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Globalisasi dan Bisnis Internasional
Transaksi bisnis yang melewati batas-batas territorial dan melibatkan
lebih dari satu negara disebut dengan bisnis internasional. Bisnis itu
sendiri adalah aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan
dengan menyediakan barang dan jasa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh
konsumen (Gitman & McDaniel 2008, 30) Aktor-aktor yang terlibat
meliputi individu, perusahaan, maupun pemerintah. Sekilas, yang
membedakan bisnis internasional dengan bisnis yang diterapkan pada level
domestik hanya dari segi wilayah yang dicakupinya, namun sesungguhnya
terdapat beberapa aspek lain yang membuat bisnis internasional ini
berbeda dan unik :
(1) Negara-negara yang terlibat mungkin menggunakan
mata uang yang berbeda-beda, sehingga memaksa salah satu pihak untuk
mengkonversi mata uang yang digunakannya.
(2) Sistem yang digunakan
masing-masing negara berbeda-beda, sehingga ketika transaksi dilakukan,
salah satu pihak harus mampu menyesuaikan dengan hukum lokal negara lain
yang berlaku.
(3) Perbedaan budaya yang mewarnai interaksi negara.
(4)
Ketersediaan sumber daya yang berbeda di masking-masing negara sehingga
mengakibatkan perbedaan produksi satu sama lain (Griffin & Pustay
2007, 5).
Aktivitas bisnis intenasional yang paling mudah untuk dilihat adalah
ekspor impor. Di Indonesia, kita sering menjumpai barang-barang
bertuliskan “made in China”, atau “made in India”, yang mana
tulisan-tulisan tersebut mengindikasikan bahwa barang tersebut di impor
dari luar negeri. Kita juga sering menjumpai pabrik-pabrik lokal
Indonesia yang memproduksi barang dengan standar internasional, seperti
pabrik tekstil di Jawa Tengah, PT. Sritex yang memproduksi sebagian
pakaian bermerk Zara yang kemudian diekspor ke luar negeri (Suhendra
2013).
Ivestasi
Langsung Luar Negeri (FDI) juga mnejadi salah satu bentuk aktivitas
bisnis internasional. Bisnis ini bermula ketika suatu perusahaan dari
sebuah negara (home country) menanamkan modalnya ke negara lain (host country) (Griffin & Pustay 2007, 9). Penanaman modal dapat dilakukan dengan cara membeli perusahaan di host country, membangun perusahaan baru di host country,
atau membeli saham perusahaan. Perusahaan Jerman yang Heidelberg
Cement, adalah contoh FDI dengan membangun pabrik di provinsi Jawa
Tengah, Indonesia.
Bisnis internasional juga dapat mengambil bentuk licensing, franchising, dan management contracts (Griffin & Pustay 2007, 9).
Licensing adalah pengaturan kontrak dimana pemilik perusahaan
memberikan izin (lisensi) kepada penerimanya atas asset-aset intelektual
seperti hak paten, dan brand names. sebagai gantinya, penerima
lisensi tersebut harus membayar royalty kepada pemilik lisensi.
Contohnya, Walt Disney Company memberikan izin kepada Mango untuk
menggunakan karakter Mickey Mouse di beberapa disain produknya.
Bentuk lain dari Licensing adalah franchising, yaitu
kontrak antara perusahaan A di negara A (franchisor) dan perusahaan C
di negara c (Franchisee) yang memberikan izin kepada franchisee untuk
menjalankan bisnis dengan menggunakan sistem operasi, brand names, trademarks, dan logo franchisor.
Dalam franchising, franchisor masih mengontrol aktivitas franchisee.
Carrefour adalah contoh franchising dengan perusahaan induk di Perancis,
yang franchisenya banyak kita temukan di Indonesia. Management contract
merupakan suatu pengaturan dimana perusahaan di suatu negara menyetujui
untuk memfasilitasi layanan manajemen perusahaan di negara lainnya.
Bentuk seperti ini sering kita jumpai pada hotel-hotel berbintang lima.
Contohnya adalah hotel Hiton yang mana pemilik hotel tersebut bukan
penyandang nama hotel yang dimilikinya, namun ia hanya beroperasi
dibawah management contract.
Bila menilik kembali sejarah dunia, bisnis internasional yang
bernyawakan kapitalisme memang berkembang begitu masif. Ia mampu
mengalahkan saingannya, komunisme dan sosialisme menjadi ideologi yang
mendominas sistem ekonomi global. Pasca Perang Dunia II, di tahun 1947
GATT berdiri. GATT memiliki prinsip dasar bahwa setiap anggota
organisasi ini harus membuka pasarnya kepada setiap anggota GATT.
Walaupun kemudian GATT dilanda konflik dan harus bertransformasi menjadi
WTO pada tahun 1995, namun pada dasarnya WTO didirikan juga untuk
menjaga agar perdagangan bebas tetap berjalan semestinya (Wild, Wild
& Han 2008,249). Bisnis internasional terus mengalami peningkatan
popularitas hingga saat ini.
Ketika
mengaitkan bisnis internasional dengan globalisasi, keduanya hadir
saling mempengaruhi satu sama lain. Globalisasi dalam konteks bisnis
internasional, dapat didefinisikan sebagai integrasi pasar,
negara-bangsa yang terelakkan, dimana setiap individu, korporasi, dan
negara-bangsa dapat menjangkau berbagai belahan dunia lebih cepat,
dalam, dan murah dari sebelumnya (Griffin & Pustay 2007,
11).Globalisasi telah mengintensifkan peran perdagangan internasional
dalam ekonomi dunia. Manifestasi lain dari globalisasi adalah semakin
pentingnya peran FDI dalam mengembangkan bisnis internasional (Griffin
& Pustay 2007,12).
Menurut
Griffin dan Pustay (2007,12), pertumbuhan bisnis internasional di era
globalisasi diakibatkan oleh beberapa alasan, yaitu strategic imperatives
yang memotivasi suatu perusahaan untuk lebih global dalam menentukan
orientasi yang ingin dicapai, serta tindakan-tindakan yang diambil. Strategic imperatives ini mencakup motivasi untuk mengembangkan perusahaannya diluar home country, mencari sumber-sumber seperti material, atau tenaga kerja yang mana di tidak tersedia/langka di home country, atau untuk mencari harga yang lebih murah, mencari target pasar baru, dan bersaing dengan rival bisnisnya.Berjalannya Strategic imperatives
tidak dapat dilepaskan dari faktor perkembangan politik dan tekhnologi
yang hadir dalam dunia internasional pada kala itu. Pasca Perang Dunia
II dunia tengah gencar membangun integrasi ekonomi regional. Integrasi
ekonomi regional dapat berbentuk Free Trade Agreement seperti AFTA dan Custom Union seperti Uni Eropa (Wild, Wild & Han 2008,253).
Bisnis internasional berskala regional mulai banyak dilakukan melihat
keuntungan yang diperoleh dari kerjasama tersebut. Maraknya penggunaan
internet sebagai salah satu jalur komunikasi turut mendorong pesatnya
kompetisi global.
Kesimpulan :
Diantara
globalisasi dan bisnis internasional terdapat benang yang saling
menghubungkan dan mendukung eksistensi satu sama lain. Beberapa contoh
aktivitas bisnis internasional seperti ekspor impor, FDI, licensing, ataupun franchising
tidak mungkin berjalan tanpa adanya kemajuan tekhnologi, komunikasi dan
transportasi yang merupakan hasil dari globalisasi. Era globalisasi pun
tidak akan dapat dikatakan sepenuhnya globalisasi apabila tidak ada
aktivitas manusia yang melintasi batas teritori tersebut. Globalisasi
telah membentuk suatu sistem ekonomi global, yang mau tidak mau
pengaruhnya juga akan dirasakan oleh bisnis domestik. Tidak dapat
dilupakan pula bahwa perbedaan budaya, sistem politik, dan sistem
regulasi tiap negara dapat menjadi hambatan tersendiri apabila
pengetahuan akan hal-hal ini tidak dihiraukan.
Maka studi bisnis
internasional ini menjadi penting, karena melalui studi ini, kita
memperoleh pengetahuan bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan tersebut
dalam praktek bisnis internasional. Kita juga akan mengetahui bagaimana
memilih negara dalam aktivitas ekspor impor, baik sebagai target
pemasaran, maupun sebagai target dimana input dapat diperoleh. Melalui
studi bisnis internasional, kita juga akan mengetahui bagaimana suatu
perusahaan di home country dapat berkoordinasi dengan “anak perusahaannya” di host country.
Referensi :
Gitman, Lawrence J., McDaniels, Carl. (2008) “The Business Environment” dalam The Future of Business. Mason : Thomson South Western. Pp : 28-63
Griffin, Ricky W., Pustay, Michael W. (2007) “An interview of International Business” dalam international Business : A Managerial Perspective. Prentice Hall. Pp 12-23
0 komentar:
Posting Komentar